Kamis, 30 Juni 2011

Mbah Senun 40 Tahun Jadi Abdi Sunan Ampel


Sosoknya yang renta seolah menimbun berbagai asam manis cerita kehidupan. Sebagai abdi Sunan Ampel, Mbah Senun tak perlu lagi diragukan kesetiannya. Selama 70 tahun ia hidup, 40 tahunnya telah ia serahkan menjadi juru sapu Masjid Sunan Ampel.

Bahkan, nenek tua yang mengaku lahir pada zaman penjajahan Jepang ini tak lagi bergairah mengetahui hal-hal duniawi lainnya. Mbah Senun mengaku tidak tahu apa-apa selain hal-hal yang berhubungan dengan kebersihan kawasan wisata religi Sunan Ampel di Jalan Nyamplungan itu.

"Saya nggak pernah keluar dari kawasan Sunan Ampel, karena saya juga nggak tahu jalan kemana-mana. Ya, keliling di sekitar masjid saja

Sebelum subuh Mbah Senun mampu membersihkan halaman depan Masjid Sunan Ampel. Ia bertugas menyapu dan mengingatkan para wisatawan yang datang untuk berziarah ke makam penyebar Islam terbesar di Jawa. Selain itu, ia juga tak akan sungkan untuk menegur wisatawan yang berbuat tidak sesuai aturan di sekitar kawasan.

Meski tak pernah mengenyam pendidikan, Mbah Senun tergolong orang yang padat karya. Ia tak pernah sekalipun meninggalkan tugasnya bahkan saat kawasan wisata tersebut ramai dikunjungi peziarah. Bukan nilai uang yang ia cari, melainkan kebanggaannya mengabdi kepada Sunan Ampel.

"Saya digaji Rp 20 ribu per hari, tapi saya senang bisa bekerja di sini. Lha wong saya baca saja tidak bisa, apalagi mengaji. Saya cuma bisa kerja untuk Sunan," tutur wanita asal Ponorogo ini di tengah kewajibannya menyapu halaman masjid.

Mbah Senun tak lagi ingat tahun berapa ia diminta menjadi abdi Sunan Ampel. Yang masih ia ingat hingga kini adalah rasa bangganya saat 'dijumput' salah satu petugas masjid untuk bekerja atau mengabdi kepada sosok penyebar Islam terbesar di Jawa ini.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes