Sabtu, 13 Agustus 2011

Masjid Tan Kok Liong dan Kuburan Anton Medan




 Masjid Tan Kok Liong terletak di Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Arsitektur masjid itu lebih mirip kelenteng, tempat ibadah umat Konghucu.

Masjid ini dibangun mantan napi, Anton Medan di kompleks Yayasan At-Taibin yang memiliki luas sekitar satu hektare. Warna merah dan hijau cerah khas China mendominasi masjid yang berukuran 16 X 20 meter ini.

"Masjid ini kami bangun awal 2005 silam dengan menghabiskan dana sekitar Rp2 miliar," kata Anton saat berbincang dengan VIVAnews.com.
"Saya sendiri yang merancang masjid ini. Untuk membangunnya, saya habiskan waktu 4 bulan 17 hari."
Hanya satu hal yang menunjukkan bangunan itu seperti masjid. Di bagian depan terdapat kubah kecil yang dicat dengan warna emas. "Ini perpaduan China dengan Timur Tengah."

Di atas kubah terpampang papan nama masjid, Tan Kok Liong dengan tulisan China dan huruf abjad. Nama Tan Kok Liong sendiri diambil dari nama kecil Anton Medan.

Papan nama berukuran 1,5 X 1 meter ini memiliki warna dasar hitam, sedangkan tulisan yang timbul berwarna keemasan. "Itu menandakan latar belakang saya yang hitam. Kemudian saya sudah hijrah menjadi muslim, masa keemasan," kata dia.

MASJID JAMI TAN KOK LIONG
Menurut Anton, sebelum membangun masjid, dirinya melakukan survei terhadap bangunan-bangunan kuno China. Dia membandingkan bentuk bangunan pada masa Dinasti Qing, Ming, dan Han. "Saya akhirnya memilih tipe istana Dinasti Qing, yang mendekati kemiripan dengan desain masjid di Indonesia," kata dia.

Masjid ini memiliki empat ruangan bertingkat. Ruangan dasar digunakan untuk kantor atau kesekretariatan. Lantai dua difungsikan sebagai tempat beribadah. "Ruangan tingkat tiga dan empat dikosongkan, karena milik raja seperti itu," kata Anton.

Di atap masjid terdapat berbagai ornamen khas. Di setiap ujung pertemuan atap terdapat ornamen kepala naga. Di atasnya terdapat patung burung rajawali dan lima ekor burung perkutut. Ornamen-ornamen itu memiliki arti tersendiri.

"Umat Islam harus setajam mata rajawali, lihat kondisi sosial, keadaan masyarakat sekitarnya," kata dia.

"Umat Islam boleh menunduk seperti perkutut, tapi harus memandang lurus ke depan. Dan naga sebagai lambang keberuntungan."

Menurut Anton, patung-patung itu dibangun bukan untuk tujuan bid'ah. "Itu hanya ciri khas China saja. Bukan bid'ah, karena hati kita hanya menyembah Tuhan," kata dia.

Di samping masjid, tepatnya di sebelah selatan terdapat bangunan berukuran sekitar 4 X 4 meter. Atap bangunan itu dibangun tiga tingkat bercat hijau tua.

Lantai bangunan ini terbuat dari keramik. Di tengah-tengahnya terdapat sebuah cungkup atau pusara. "Itu buat makam saya. Sebelum bangun masjid, saya bangun itu dulu pada tahun 2003," kata Anton.
MASJID JAMI TAN KOK LIONG
"Kita kan nggak tahu kapan datangnya kematian. Mending kalau malaikat calling duluan sebelum mencabut nyawa. Kalau tidak ya lewat kan."

"Saya melihat orang muda meninggal. Banyak lah. Seperti Zainuddin, beberapa hari sebelumnya baru ceramah bareng tiba-tiba meninggal. Siapa yang tahu. Saya juga tidak tahu kapan kuburan itu bisa saya gunakan," tambah dia.

Di sekeliling masjid Tan Kok Liong ini juga berdiri kokoh bangunan yayasan At-Taibin. Ada 14 ruang kelas dan 60 ruang untuk para santri.

Bangunan-bangunan ini menggambarkan masa lalu Anton Medan selama dipenjara. Bagian pintu gerbang dibuat menyerupai pintu Lembaga Pemasyarakatar atau LP.
Di gerbang masuk ada sebuah gerbang dengan dua buah daun pintu. Terbuat dari plat baja, tinggi, dan ada lubang segi empat di bagian pegangan pintu.

Jalan menuju kamar para santri pun dibuat seperti lorong-lorong penjara. Sementara itu, ruang makan yang dipersiapkan untuk para santri dibuat dalam sebuah ruangan menyerupai aula. "Semua itu saya bangun dari hasil usaha saya,"
Sumber:VIVAnews.com

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes